top of page
Gambar penulisdarussalikin

Thoriqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah Al-Mujaddidah


Maqbaroh Sulthonil Auliya Syekh Bahauddin Naqsyabandi di Bukhara

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat mukthabarah(yang bersambung sanadnya kepada Nabi Muhammad Saw.)yang sangat berkembang dan memiliki pengikut yang banyak di dunia Islam. Pendiri tarekat ini, yaitu Syekh Muhammad bin Muhammad Bahaudin Bukhari an-Naqsyabandy.

Syekh Naqsyabandylahir di Bukhara, Rusia, pada tahun 717 H/1318 M, dan meninggal pada tahun 791 H/1389 di Bukhara, Rusia.65Naqsyabandy lahir dari lingkungan keluarga yang paham agama Islam cukup baik. Saat ia lahir, Naqsyabandy segera dibawa oleh ayahnya kepada Baba al-Samasi (w. 740

H/1340M), di mana pada saat itu Baba al-Samasi merupakan salah satu wali yang cukup besar. Kedatangan Naqsyabandy disambut hangat dan penuh kegembiraan.

Naqsyabandy sangatlah rajin menuntut ilmu dan senang menekuni tasawuf. Menginjak usia dewasa sekitar 18 tahun, ia belajar tasawuf kepada Muhammad Baba as-Samasi, dan bermukim di Samas, sekitar 4 km dari Bukhara tempat ia dilahirkan. Naqsyabandy diangkat menjadi khalifah oleh Muhammad Baba as-Samasi, sebelum gurunya tersebut meninggal.

Naqsyabandy kemudian memperdalam ilmu tarekat kepada seorang Syekh Amir Sayyid Kulal al-Bukhari (w. 772 H/1371 M). Amir Sayyid adalah salah seorang khalifah yang diangkat oleh Baba as-Sammasi, sama seperti Naqsyabandy.Dalam perkembangannya di dunia Islam, Tarekat Naqsyabandiyah berhasil mendapatkan pengikut dari berbagai belahan dunia, karena kedekatan Syekh-Syekh Naqsyabandiyah inilah, sehingga dapat dengan mudah disebarluaskan.

Pusat berkembangan pertama kali Tarekat Naqsyabandiyah berada di kawasan Asia Tengah, bahkan sampai ke India dan Turki. Dalam perkembangannya, banyak pusat-pusat Tarekat Naqsyabandiyah berdiri di kota maupun daerah, seperti di Samarkand, Merv, Chiva, Tashkent, Harrat, Bukhara, Cina, Turkestan, Khokand, Afganistan, Iran, Baluchistan, dan India.

Al-Arif Billah As-Syaikh Munawwir tegal Arum Nganjuk

Dalam perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah, sampai sejauh ini belum dapat dipastikan, siapa orang Indonesia pertama yang menganut Tarekat Naqsyabandiyah. Sumber-sumber pribumi yang ada, yang membahas dan menyebutkan Tarekat Naqsyabandiyah, yaitu tulisan karya Syekh Yusuf Makassar (1626-1699), di mana ia mengarang berbagai risalah yang berisikan nasihat-nasihat keruhanian untuk orang-orang penting, seperti pemimpin Kerajaan Gowa pada masa itu.

Syekh Yusuf dikenal juga sebagai tokoh yang mengembangkan Tarekat Khalwatiyah di Makassar. Dalam perjalanan hidupnya, banyak sumber yang mengatakan bahwa, Syekh Yusuf tidak hanya belajar satu tarekat saja. Ia di bai’atoleh satu sufi terkenal di Sumatera, yaitu al-Raniri dari Aceh dan mendapat izajah Tarekat Qodiriyah. Kemudian setibanya di Yaman, Syekh Yusuf mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah kepada Syekh terkenal di Arab, yaitu Muhammad Abd Al-Baqi.

Di Madinah, ia belajar tarekat kepada Ibrahim al-Karani, lalu berselang beberapa tahunia di bai’at masuk tarekat Khalwatiyah di Damaskus. Dengan demikian, Syekh Yusuf tidak hanya sebagai pengikut tarekat Naqsyabandiyah saja, tetapi beberapa tarekat ia pelajari dan masuk tarekat tersebut. Setelah kembalinya Syekh Yusuf dari Makkah dan berada di Banten, keberadaan Tarekat Naqsyabandiyah terus berkembang dan mendapatkan pengikut yang sangat banyak.

Dibalik perkembangan Terekat Naqsyabandiyah, Syekh Yusuf rupanya aktif dalam keterlibatan politik kerajaan di Banten, dan menjadi penasihat kerajaan pada saat itu.Tidak hanya itu, keberadaan Tarekat Naqsyabandiyah dipadukan dengan Tarekat Syathoriyah, sehingga pada masa itu perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah meluas hingga keluar Banten.

Dengan dipadukannya Tarekat Naqsyabadiyah dengan Tarekat Syathoriyah terlihat dari cara ibadah, di mana wirid atau dzikir yang telah dilakukan oleh pengikut tarekat akan mendapatkan khasiat yang menakjubkan. Hal seperti itulah yang dirasa sangat berpengaruh dalam perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah sehingga tersebar luaslah tarekat tersebut.

Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah terjadi pada abad ke-19, di mana pada saat itu tarekat berkembang dan dilatarbelakangi orang yang pergi haji, dan belajar Islam di Tanah Arab, kemudian kembali lagi ke Indonesia. Pada abad ke-19, di Makkah telah berdiri sebuah pusat Tarekat Naqyabandiyah di bawah pimpinan Sulaiman al-Zuhdi, tepatnya di Jabal Abu Qubais. Tarekat Naqyabandiyah yang dipimpin oleh Sulaiman al-Zuhdi di Makkah, mempunyai banyak pengikut dari berbagai daerah, seperti Turki, Indonesia, dan juga Malaysia.

Dari Makkah inilah, kemudian tarekat Naqsyabandiyah menyebar luas ke berbagai daerah di Indonesia. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, berkembang dengan bentuknya sendiri, yaitu Tarekat Naqyabandiyah Muzhariyah dan Tarekat Naqsyabandiyah

Khalidiyah.

Tarekat Naqyabandiyah Muzhariyah, bersumber dari Muhammad Saleh az-Zawawi dan penyebaran tarekat tersebut menyebar sangat luas, sampai ke Turki. Di Indonesia, Tarekat Naqyabandiyah Muzhariyah tersebar di daerah Pontianak, Madura, dan Jawa Timur. Sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, bersumber dari Syekh Ismail al-Minangkabawi.

Adapun di Indonesia, tarekat Naqsyabandiyah ada yang mengalami penggabungan dua tarekat, yaitu Tarekat Qadariyah wa Naqsyabadiyah. Tarekat tersebut merupakan penggabungan antara tarekat Qadariyah dan tarekat Naqsyabandiyah, yang didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib Sambasi (w. 1875 M). tarekat ini sangatlah berkembang di Indonesia, khsusnya di Pulau Jawa, bahkan dianggap sebagai salahsatu tarekat terbesar di Indonesia, dan tersebar hingga ke Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.


Perkembangan Tarekat NaqsyabandiyahKhalidiyah di Indonesia

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat yang memiliki pengikut yang cukup banyak. Dalam penyebarannya,tarekat ini telah sampai ke kawasan muslim di Asia, yaitu Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural, Rusia.

Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah didorong dengan adanya cabang baru, seperti Tarekat Naqsyabandiyah Mujjadidiyah, dan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Adapun perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, didorong ke arah yang lebih modern oleh Maulana Khalid al-Baghdadi (1779 M/1193 H-1827 M/1242 H).

Maulana Khalid memiliki peran penting dalam perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, sehingga keturuan dan pengikutnya dikenal sebagai kaum Khalidiyah. Bahkan Maulana Khalid dianggap sebagai tokoh pembaharu Islam pada abad ke-13. Pengaruh Maulana Khalid dalam mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di dunia Islam, begitu pesat pada abad ke-19 danabad ke-20, bahkan berhasil tersebar ke wilayah Suriah, Hijaz, Iraq, Anatolia, Balkan, dan Kurdistan.

Maulana Khalid mendorong terjadinya perubahan ditubuh Tarekat Naqsyabandiyah, dan menanamkan semangat puritan dan aktivis. Bahkan banyak khalifahdan penerusnya yang terjun langsung ke dalam dunia politik. Terdapat beberapa syekh-syekh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang berperan sebagai pimpinan-pimpinan politik, bahkan pemimpin militer.Salah satu diantaranya yaitu, Syekh Syamil dari Daghistan, yang bertahun-tahun memimpin perjuangan melawan Rusia.

Di Kurdistan, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah menjadi organisasi politik yang sangat kuat, dan sesekali melakukan pemberontakan. Di Indonesia, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah mengalami perkembangan yang pesat. Tokoh dibalik perkembangan tarekat tersebut salah satunya dipelopori oleh Syekh Ismail al-Minangkabawi,yang hidup pada tahun 1125-1260 H/1694-1825, yang berasal dari Minangkabau. Ia juga dianggap sebagai tokoh tarekat pertama dari Minangkabau, yang masuk dan menyebarkan Tarekat Naqsyabandiyah, dan dikenal dengan nama lain, yaitu Ismail Simaboer.

Pendidikan Ismail al-Minangkabawi,dimulai dengan belajar di surau atau masjid, dan mempelajari berbagai ilmu agama Islam. Menginjak usia dewasa ia pergi ke Tanah Arab, dan belajar seputar agama Islam, termasuk tarekat. Ia belajar kurang lebih 30 tahun di Makkah, dan 5 tahun di Madinah.

Ismail al-Minangkabawi dibaiat masuk Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyaholeh khalifah dari Maulana Khalid,yaitu Abdallah Arzinjani, di Makkah. Tidak lama kemudian, Ismail al-Minangkabawi diangkat menjadi khalifah dan mengajarkan tarekat tersebut di Makkah selama bertahun-tahun, sebelum pada akhirnya mengadakan perjalanan ke Asia Tenggara.

Dalam perjalanannya, Ismail singgah terlebih dahulu di Singapura, karena pada waktu itu Singapura menjadi salah satu tempat singgahbagi para Haji. Tetapi, pada kenyataannya Ismail turut menyebarkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Singapura, dan berhasil mendapatkan pengikut yang banyak, termasuk orang-orang Indonesia.

Ismail sesekali melakukan perjalanan menuju Indonesia,tetapi ia tidak menetap di Indonesia dikarenakan menjadi perhatian bangsa Belanda.Meski berhasil mendapatkan pengikut yang banyak, bukan berarti tarekat yang dibawa Ismail tidak ada yang menentang, bahkan ketika ada gerakan anti-Naqsyabandiyah, Ismail lantas kembali ke Makkah,setelah beberapa tahun berada di Singapura.

Meskipun telah kembali ke Makkah, perkembangan tarekat yang ia bawa tetap berkembang, karena telah ada murid-murid Ismail yang meneruskan perjuangannya.Di Indonesia, pengaruh Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dibawa Ismail al-Minangkawi telah berkembang dengan begitu pesat. Di Pulau Jawa, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah telah ada pada tahun 1850-an, kurang lebih bersamaan waktunya dengan perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Singapura.

Di Pulau Jawa sendiri Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah, telah sampai ke Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut Van den Berg, penguasa Yogyakarta sekitar tahun 1855-1866 Mterlihat melakukan ritual Tarekat Naqsyabandiyah. Yang dimaksud, yaitu Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Meskipun banyak diterima oleh masyarakat Indonesia dan berkembang pesat, bukan berarti kehadiran Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dibawa oleh Ismail al-Minangkabawi tidak ada yang menentang, seperti yang dilakukan oleh Sayyid Usman dan Salim bin Samiryang paling gencar melakukan kritikan terhadap tarekat yang dibawa oleh Ismail al-Minangkabawi.

Selain Ismail al-Minangkabawi,Sulaiman al-Zuhdi, yang dikenal Syekh Jabal Abu Qubais,dari Makkah,mempunyai peran besar dalam perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Indonesia. Ia mengangkat seorang khalifah dari semarang, yaitu Abd al-Qadir, atau yang lebih di kenal Muhammad Hadi, dari Girikusumo. Ia berhasil menarik pengikut dalam jumlah besar, baik bangsawan, maupun masyarakat bawah.

Kemudian pada tahun 1883M, Muhammad Hadi mempunyai 28 wakil di berbagai tempat di Pantai Utara, dan murid yang paling berpengaruh yaitu K.H. Manshur(w. 1955 M), tidak lain yaitu putranya sendiri. Tidak hanya K.H. Manshur, Muhammad Hadi memiliki salah satu putra lagi, yaitu kiyai Zahid, yang mana nantinya akan meneruskan kepemimpinan dari Muhammad Hadi di Girikusumo.

Berbeda dengan kiyai Zahid, K.H. Manshur dari Popongan ini mendirikan sebuah pesantren di dekat Solo dan dibantu oleh Kiyai Arwani dari Kudus untuk mengajarkan tarekat kepada ribuan orang, ia mengangkat beberapa khalifah, dan disinilah menjadi pusat Tarekat Naqsyabandiyah di Jawa Tengah. Tidak hanya di Jawa, pengaruh Sulaiman al-Zuhdi telah sampai ke Sumatera dan Malaya.

Penyebaran Tarekat Naqsyabadiyah Khalidiyah dibawa oleh Syekh Abdul Wahab dari Rokan, Sumatera Tengah. Ia belajar tarekat kepada Sulaiman al-Zuhdi, setelah kembali ke Indonesia, Abdul Wahab membangun desa juga madrasah Babussalam (1883M). Ia berhasil mengangkat 120 khalifah, yangtersebar ke Riau dan juga Malaya.

Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Indonesia semakin terlihat, tepatnya pada tahun1880-an. Faktor utama dibalik perkembangan tarekat yang semakin pesat, salah satunya karena keberadaan para haji yang kemudian berguru kepada syekh-syekh di Tanah Arab. Hampir semua orang Sumatera yang bermukim di Mekkah pada tahun 1880-an menjadi bagian dari tarekat, apakah Tarekat Naqyabandiyah Khalidiyah, maupun Tarekat Qadariyah.

Di Jawa, pada tahun 1880-an perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah sudah mendapatkan pengikut yang cukup banyak, bahkan sampai ke kalangan bawah, tidak hanya elite tradisional saja. Pada tahun tersebutlah perkembangan Tarekat Naqyabandiyah Khaldiiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena telah sampai ke berbagai daerah, khsususnya di Jawa.

Di Jawa Barat, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah telah sampai ke Bogor bahkan sampai ke Cianjur. Bahkan di Cianjur hampir dari kalangan elite taradional setempat sebagai pengikut Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah.

8 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

コメント


bottom of page